Sabtu, 25 Februari 2012

Terpikir, Tak Terucap 2

Seperti seluruh alam semesta menjadi musuhku..

Saat merindukan dada bidang yang selalu menjadi sandaran airmataku..
Saat terbayang ulasan senyum dan deraian tawa yang dulu selalu mewarnai hari-hariku..
Saat mengenang hangatnya genggaman tangan yang selalu mampu mengusir kegundahanku..

Saat merindukan belaian jemari itu di kepalaku jika pemiliknya merajuk manja..
Saat terbayang jutaan mimpi yang dirajut berdua dengan benang cinta..
Saat mengenang suara yang lembut mengiringiku merebahkan diri di peraduan..

Bahkan tak seorangpun bisa menyalahkan makhluk Tuhan dengan cinta yang tak berbalas..
Lantas mengapa aku jadi begitu hina hanya dengan masih mengharapkan ia yang pernah begitu menyayangiku..

Ya..
Setengah mati aku akan merangkak keluar dari terowongan kesedihan dan kenangan masa laluku..
Tapi aku mohon jangan larang aku untuk berharap cinta itu kembali ada untukku..

Terpikir, Tak Terucap 1

Tetesan tetesan kristal garam itu masih setia mengalir mengantarkan tidur lelap dan menyambut pagiku..

Begitu juga sandiwara malam dengan aktor yang sama yang tak pernah kuminta untuk dimainkan..

Mengapa? Apa sebabnya? Tak bisakah?
Dan jutaan frasa yang mengiringi pertanyaan - pertanyaan lainnya tak sanggup berjuang melewati pangkal tenggorokan begitu menatap sepasang bola hijau kecoklatan yang tak lagi ramah..
Sepasang mata yang tadinya berwarna cinta yang aku begitu cantik di dalam pantulannya.

Lalu kenapa memulai dengan membuat prolog dan memberi gambaran akan epilog yg bahagia bila sendirinya enggan melanjutkan cerita..

Senin, 20 Februari 2012

Tertundukku...

DEG!!

Berdegup jantungku saat menemukannya berdebu. 

Sesuatu yang dahulu selalu kubawa hati-hati di dalam ranselku. Sesuatu yang selalu kubuka dan kuhapalkan isinya disaat senggangku. Yang membantuku dengan lancarnya mengingat surat pertama pada juz 30 ketika diberi tugas hafalan oleh murabbi-ku.

Sesuatu yang lebih dari setahun tak lagi menemani keseharianku.

DEG!!

Semakin tak karuan detak jantungku ketika setelah kuhapus debu di sampulnya dan kubuka, pembatas halaman yang sama sekali tak bergerak dari lembaran terakhir dibaca pemiliknya. Masih menampilkan sederet tulisan yang sama yang dulu sempat membuatku menangis. Dan kini, tulisan itu bahkan membuatku menangis lebih deras lagi.

Aku mengeluhkan buruknya hafalanku.. 
 'Jauhilah Maksiat,' pesan guruku, 'karena ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah bukanlah untuk pelaku dosa.'

Astaghfirullahal'adzim.. Astaghfirullahal'adzim.. Astaghfirullahal'adzim..
berulang kali kulafalkan permohonan ampunanku pada Sang Khalik memohon ampunan-Nya akan kekhilafanku yang terlupa mendekatkan diri pada-Nya.

Kusegerakan berwudhu dan sholat. Lama tertundukku setelah sholatku.
Betapa cinta pada manusia membutakanku akan cinta pada Rabb-ku
Betapa keinginanku untuk selalu dekat dengan salah satu makhluk-Nya, membuatku lupa akan kewajibanku untuk mendekatkan diri kepada-Nya, Sang Pencipta.
Betapa mengingat pesan-pesan cinta makhluk-Nya membuatku lupa kewajibanku mengingat dan menghafalkan pesan-pesan cinta-Nya.

Semakin dalam tundukku. Semakin deras cucuran airmata yang keluar.
Betapa berjam-jam waktu yang kulewatkan bersama makhluk-Nya terasa sebentar, sedangkan waktu yang kuhabiskan bertemu dan berdekatan dengan-Nya terlalu sedikit.
Betapa bodohnya aku, merangkai indah mimpi untuk bisa hidup bersama makhluk-Nya yang kucintai, tapi aku terlupa siapa pemiliknya.

Aku terlupa, jika aku ingin meminta, kepada-Nya lah seharusnya aku meminta.
Aku terlupa, Ia satu-satunya yang dapat memutuskan siapa jodohku.

Aku khilaf. Ia memberiku 'cinta' sebagai rahmat, dan sekarang Ia mengambil kembali rahmatnya dariku.
Aku terlupa, Ia pemilikku.
Ia pun bisa cemburu, jika makhluk ciptaan-Nya lebih mencintai ciptaan-Nya yang lain ketimbang Ia,  Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya. Pemilik Perasaan Cinta. Penentu Jodoh Manusia.

Astaghfirullahal'adzim.. Astaghfirullahal'adzim.. Astaghfirullahal'adzim..

Kutuliskan renungan ini dengan air mata yang belum mengering. Betapa aku ingin segera berbagi dengan Saudara Saudari-ku yang mungkin tengah mengalami hal yang sama denganku. Betapa seharusnya aku bersyukur disadarkan dari kesilapanku. Betapa seharusnya aku sadar Allah masih mencintaiku dan tak ingin aku terus-menerus terlupa darinya.

Dan tentang Jodoh, jika ingin segera bertemu dengannya, rayulah pemiliknya, luangkan waktu lebih besar bersama-Nya dan mintalah Ia memberikanmu jodoh yang terbaik untukmu.

Mari renungkan...